Kirab Mahkota Binokasih “Memperingati Kejayaan Budaya”
visitciamis.com Kirab Mahkota Binokasih telah dilaksanakan pada hari Selasa (16/04/2024) dan Rabu (17/04/2024) di Kecamatan Kawali dan Kecamatan Panjalu. Keraton Sumedang Larang berkunjung ke Ciamis untuk melakukan kirab Mahkota Binokasih di Kabupaten Ciamis yang digelar untuk kedua kalinya.
Acara penerimaan ini tak hanya merupakan penghormatan atas prestasi dan kontribusi Kepala Dinas Pariwisata. Dan juga menjadi momentum penting dalam mempererat tali persaudaraan antara kedua wilayah tersebut. Mahkota Binokasih Sanghyang Pake ini mempunyai simbol kehormatan dan kearifan lokal yang menjadi identitas budaya Kabupaten Ciamis dan Keraton Sumedang Larang.
Pada Hari pertama, Kirab Mahkota Binokasih dilaksanakan di Kecamatan Kawali dan disambut baik oleh unsur pemerintahan, penggiat budaya dan masyarakat. Mahkota Binokasih dibawa dari Keraton Sumedang Larang. Kemudian, mahkota binokasih dibawa ke Batu Palinggih yang ada di Astana Gede Kawali dimana Prabu Niskala Wastukencana menjadi raja yang bertahta disana.
Prabu Niskala Wastukencana juga menjadi raja pertama yang memakai Mahkota Binokasih yang pada akhirnya diamankan di Kerajaan Sumedang Larang saat Kerajaan Pajajaran mendapat serangan pasukan Islam.
Pada hari kedua, Mahkota Binokasih ini dikirabkan ke Panjalu, dengan disambut baik oleh unsur pemerintahan, penggiat budaya dan masyarakat yang ada disana. Pada pelaksanaan kirab di Panjalu, Mahkota Binokasih di bawa ke Bumi Alit, dilanjutkan ke Nusa Pakel kemudian di kirab ke makam Kanjeng Prabu Adipati Hariang Kancana.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Rd. Luky Djohari Soemawilaga sebagai Radya Anom KSL, Rd. Asep Sulaiman Fadhil sebagai Mantriluar KSL, Rd. Endy Setiaji sebagai Dewan Penasehat KSL, bersama dengan Panata Karaton Sumedang Larang, Puragabhaya KSL, serta jajaran TNI, POLRI, , Forkopimcam, Forkopimcam dan tokoh masyarakat Kabupaten Ciamis.
Mahkota Binokasih memiliki makna yang mendalam bagi Kerajaan Galuh dan digunakan untuk melantik atau mengukuhkan Raja Galuh pada zaman dahulu.
“Dengan adanya Mahkota Binokasih ini, kita satu rumah, satu sadulur. Sejatinya, identitas kita adalah sama, yaitu urang Sunda,” ujarnya.
Acara Binokasih ini bukan hanya ritual tapi juga sarana agar lebih dekat dengan budaya serta nilai-nilai falsafah leluhur orang sunda. Hal ini demi memperkuat ikatan budaya yang terjalin berabad-abad menjadi sejarah yang berharga dan sebagai simbol pemersatu.